Beberapa Saran dalam Menyesuaikan Diri Menuju Masa Pensiun
Thursday, May 02, 2024       14:52 WIB

Jangan pernah menganggap bahwa masa pensiun adalah masa yang sepenuhnya hanya diisi dengan kegiatan yang menyenangkan setiap hari, di mana kita dapat berbuat apa saja sesuka hati kita (tidak ada  bos  yang menyuruh melakukan sesuatu yang mungkin tidak kita sukai). Kita mungkin sudah bermimpi bahwa kalau sudah pensiun nanti kita akan bepergian ke tempat-tempat wisata yang indah-indah, kumpul-kumpul setiap hari dengan teman-teman, bermain layangan atau naik sepeda di pantai dengan cucu-cucu, dan lain-lain.
Setelah beberapa saat, dalam masa pensiun, kita akan kembali hidup dalam dunia nyata, dan itu harus kita hadapi (asal tahu saja, dunia nyata pensiunan bergerak dalam  mode slow motion ).
Hal yang paling utama dalam hidup seseorang yang baru pensiun adalah bagaimana ia bisa menyesuaikan diri dalam mengisi waktu pensiunnya. Dalam hal ini, orang umumnya tidak mempersiapkan diri menghadapi  perubahan psikologis  yang terjadi. Perubahan-perubahan psikologis yang terjadi dapat dilihat pada faktor-faktor identitas diri, faktor keuangan, dan faktor hubungan dengan komunitas pensiunan itu.
Sewaktu orang masih aktif bekerja, identitas seseorang sering dihubungkan dengan perannya dalam pekerjaan, apakah ia seorang pejabat pemerintah, seorang bankir, seorang pakar teknologi informasi, seorang guru/dosen perguruan tinggi, dan lain-lain. Setelah pensiun, faktor identitas diri itu pun lenyap, karena Anda tentunya tidak akan memperkenalkan diri Anda sebagai mantan pejabat anu, mantan banker bank X, mantan pakar IT Perusahaan XYZ, dst (kecuali Anda tidak peduli melihat lawan bicara Anda terheran-heran mendengar Anda berkata demikian).
Dari segi faktor psikologis tentang hubungan ( relationship ) Anda dalam komunitas, seringkali komunitas Anda akan memandang berbeda antara seseorang yang masih aktif bekerja dengan seseorang yang telah pensiun (dan hal itu seringkali mempengaruhi diri kita secara psikologis). Misalnya, seorang pejabat yang masih berkuasa tentu akan dipandang berbeda dengan  mantan  pejabat yang berkuasa.
Faktor psikologis yang paling terasa bagi kebanyakan orang adalah dari segi keuangan. Sewaktu masih aktif bekerja, orang akan sangat sibuk (tidak punya banyak waktu luang) tetapi memiliki lebih banyak uang. Setelah pensiun, yang terjadi adalah hal sebaliknya: orang memiliki banyak waktu luang, tetapi hanya memiliki sedikit uang.
Hal-hal psikologis inilah yang harus Anda sadari pada waktu Anda menjalani transisi dari masa aktif bekerja menuju masa pensiun, sehingga penyesuaian diri Anda bisa berjalan dengan mulus.
1. Bersiaplah untuk melewati tahapan-tahapan perubahan emosi
Mungkin ketika Anda baru memasuki masa pensiun, semuanya terasa indah karena Anda bebas melakukan apa saja tanpa ada jadual yang ketat yang harus diikuti. Tetapi, setelah beberapa saat, masa pensiun mungkin akan terasa membosankan, waktu berjalan dengan lambat ( slow motion ) dan membosankan ( mono-tone ).
Sewaktu masih aktif bekerja, Anda mungkin terlalu sibuk dan tidak memberikan perhatian pada orang yang meminta-minta di pinggir jalan, atau bahkan mungkin tidak memperhatikan pegawai gedung tempat Anda bekerja yang setiap pagi menyambut tamu yang datang dan membukakan pintu untuk mereka.
Setelah pensiun, saya yakin bahwa Anda akan lebih bertenggang-rasa dengan  orang-orang kecil  seperti mereka. Mungkin hanya dengan memberikan senyuman pada pengemis di jalan karena Anda tidak punya uang  receh , atau membalas ucapan selamat pagi yang diberikan  doorman  di kantor.
2. Ciptakan perasaan terstruktur (terencana) dengan mengembangkan rutinitas
Sewaktu masih aktif bekerja, Anda mungkin terbiasa untuk bangun pukul enam pagi (atau lebih awal, untuk para  pejuang subuh , yang tinggal di sekitar Bekasi atau di daerah Bogor, dan bekerja di Jakarta). Kemudian, pada pukul lima sore, Anda akan beramai-ramai mengisi absensi untuk pulang kantor.
Pada waktu Anda sudah berhenti bekerja (pensiun), rutinitas seperti itu akan berhenti. Anda bangun pagi, lihat ke kiri dan ke kanan, tidak ada siapa-siapa, atau rencana apa-apa yang harus disiapkan pada hari itu. Akhirnya Anda memilih untuk tidur lagi.
Sesungguhnya, malakukan sesuatu yang rutin ada gunanya juga, karena Anda tidak perlu berpikir tentang hal tersebut. Rutinitas bagus untuk kesehatan  mental  Anda, karena menciptakan perasaan bahwa hidup Anda terstruktur. Anda bisa menciptakan rutinitas itu, misalnya dengan membiasakan diri untuk menulis satu atau dua artikel dalam seminggu tentang perencanaan keuangan ( financial planning ). Tentu saja, ini hanyalah contoh, jika Anda senang menulis.
3. Tetapkan tujuan yang ingin dicapai pada masa pensiun
Seperti tadi sudah saya sampaikan di depan, masa pensiun tidak berarti Anda berhenti untuk berkarya. Mungkin tujuan yang ingin dicapai pada masa pensiun tidak sebanyak atau seberat tujuan yang ingin Anda capai sewaktu Anda masih aktif bekerja. Tujuan yang ingin Anda capai pun tidak harus semata-mata berhubungan dengan uang.
Anda mungkin hanya ingin menjadi tenaga sukarelawan di gereja atau komunitas Anda. Kalau memungkinkan, bagilah tujuan yang ingin Anda capai itu menjadi tujuan 1 minggu ke depan, 1 bulan ke depan, dan tujuan 3 bulan ke depan.
4. Kembangkan pertemanan yang ada
Jaga hubungan sosialmu dengan cara memelihara pertemanan yang sudah ada dan mengembangkan pertemanan yang baru. Seringkali, teman-teman kita yang ada terhubung hanya karena pekerjaan. Setelah kita pensiun, hubungan pertemanan itu pun berakhir. Hal ini wajar, karena mereka yang masih aktif bekerja tentu tidak ingin diganggu oleh orang yang sudah pensiun.
Hal yang dapat Anda lakukan sebagai pensiunan adalah mengembangkan hubungan pertemanan baru dengan tetap mempertahankan hubungan pertemanan yang sudah ada. Apalagi dalam jaman digital seperti sekarang ini, berteman tidak lagi harus bertemu secara langsung sambil minum kopi, tetapi bisa dengan menggunakan  smartphone  mengirimkan dan menerima berita-berita menarik sesuai minat kita.
5. Tetapkan anggaran baru setelah pensiun
Pada waktu kita masih aktif bekerja, seringkali kita kurang memperhatikan keluar masuknya uang dalam kantong setiap bulan. Bahkan, sewaktu perjalanan dinas ke luar negeri pun, kita sering tidak memperhatikan urusan anggaran karena segala sesuatu sudah ditanggung kantor dan dapat diklaim atas nama biaya dinas.
Setelah pensiun, keadaan berubah drastis, dan biaya-biaya yang dikeluarkan harus diperhatikan dengan saksama. Sebagai contoh, setelah pensiun, Anda tidak perlu lagi membeli baju yang bermerk, setelan jas, atau dasi yang cocok untuk pergi ke kantor. Anda juga tidak perlu lagi menggaji seorang pengemudi untuk mengantar Anda pergi rapat dengan rekan bisnis. Atau, Anda tidak lagi perlu bersosialisasi dengan kolega di kantor dengan minum kopi  starbuck  setiap pagi. Dari hal-hal sepele seperti ini Anda akan dapat berhemat banyak uang.
6. Pelajari keahlian-keahlian baru dan kerjakanlah hobi-hobi yang Anda sukai.
Banyak hal yang dulu mungkin tidak sempat kita kerjakan sewaktu kita masih aktif bekerja karena kita terlalu sibuk dan tidak punya banyak waktu luang. Mungkin Anda suka melukis atau memasak? Atau menulis artikel? Sekarang Anda punya banyak waktu, lakukanlah hobi yang Anda sukai.
Saya sendiri suka menjelaskan hal-hal yang kompleks, kepada atasan, atau anggota team kerja saya. Ada rasa puas jika bisa menjelaskan hal-hal kompleks kepada orang lain sehingga mereka bisa mengatakan: "Oh... begitu!". Misalnya dulu, pada  jaman krisis moneter , perusahaan hendak mengerjakan proyek Efek Beragun Aset ( Asset Backed Securities ), saya menjelaskan kepada atasan bahwa kita harus mulai dari membereskan urusan legal (atau produknya menjadi illegal), kemudian membereskan masalah  tax /pajak (karena pajak akan memakan  cashflow ), dan terakhir membereskan masalah akunting (karena baik  originator  maupun  investor  harus dapat mencatat transaksi ini secara  proper ).
Maka dulu saya pernah, untuk waktu cukup lama, menjadi dosen ilmu  finance  pada salah satu universitas swasta terkenal di Jakarta. Kemudian, saya banyak menulis tentang reksadana Bursa ( Exchange Traded Fund ), perbandingan metode pengelolaan dana secara aktif secara aktif vs pasif, fungsi-fungsi Dealer Partisipan ( authorized dealer ) dalam ETF, dan fungsi pembentuk pasar ( market maker ) dalam ETF.
Tulisan-tulisan itu saya buat secara populer (bukan berbentuk jurnal ilmiah) untuk menjelaskan kepada masyarakat pasar modal Indonesia tentang apa itu ETF (reksadana yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek) karena saat itu reksadana Bursa (ETF) adalah produk baru yang tidak dimengerti banyak orang.
Sekarang, saya menulis banyak artikel tentang perencanaan keuangan ( financial planning ) di situs web IPOTNEWS. Saya banyak menulis tentang perencanaan pensiun ( retirement planning ), perencanaan investasi ( investment planning ), perencanaan asuransi ( insurance planning ), dll.
Bahan-bahan untuk tulisan saya dibuat berdasarkan ilmu yang saya pelajari sewaktu mengambil ujian-ujian CFA ( Chartered Financial Analyst ), CFP ( Certified Financial Planning ), WMI ( Wakil Manajer Investasi ), WPEE ( Wakil Penjamin Emisi Efek ), dan AAAIJ ( Ajun Ahli Asuransi Indonesia Sektor Jiwa ).
7. Menjadi petugas sukarelawan untuk hal-hal yang anda suka dan anggap layak
Tidak banyak orang yang masih aktif bekerja yang mempunyai pengalaman menjadi sukarelawan/ti. Pada waktu masih muda dulu, fokus utama kita adalah mengumpulkan uang yang banyak untuk memenuhi berbagai kebutuhan keluarga dan mempersiapkan dana yang cukup untuk pensiun, bukan untuk pekerjaan yang tidak berbayar (sukarela).
Sekarang, pada waktu Anda telah atau akan pensiun, di mana uang bukan lagi fokus perhatian Anda, maka menjadi sukarelawan/ti untuk hal-hal yang Anda sukai dan anggap layak, pantas untuk mulai Anda perhatikan.
8. Berikan diri anda waktu untuk berpikir tentang apa yang anda ingin lakukan
Jika Anda adalah orang yang baru pensiun, atau akan segera pensiun dalam waktu dekat, maka berikanlah kepada diri Anda waktu yang cukup untuk berpikir tentang masa pensiun yang Anda inginkan. Tidak perlu terburu-buru untuk menetapkan tentang apa yang Anda ingin lakukan.
Bagaimana pun juga, sebagai pensiunan, tidak ada lagi jadual ketat yang harus Anda penuhi bukan? Tuliskan satu demi satu hal-hal yang menjadi prioritas untuk Anda kerjakan di masa pensiun. Masa pensiun harus menjadi masa yang menyenangkan ( golden age ), bukan lagi masa yang penuh stress seperti sewaktu masih aktif bekerja dulu, dimana ada jadual ( dead line ) bermacam proyek dan laporan ( reports ) yang harus diselesaikan.
Tidak ada gunanya untuk terburu-buru menuliskan hal-hal yang akan Anda lakukan pada waktu pensiun, dan kemudian ternyata Anda tidak suka mengerjakan hal tersebut dan menggantinya dengan hal-hal lain. Ingat, masa pensiun bukan hanya diisi dengan acara kumpul-kumpul bersama dengan teman-teman, atau tamasya ( travelling ) setiap hari. Tetapi, isilah masa pensiunmu dengan hal-hal yang Anda suka dan juga bermanfaat bagi komunitas Anda.
Pikirkanlah efek psikologis dari pensiun untuk kesehatan mentalmu. Jangan sampai masa pensiun membuatmu tercabut dari komunitas di mana identitas dirimu sudah tertanam untuk tiga puluh tahun atau bahkan lebih lama lagi. Atau, masa pensiunmu hanya akan diisi dengan menyesali masa lalu, karena Anda sekarang sudah memiliki banyak waktu tetapi tidak memiliki cukup banyak uang.
 Oleh : Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS

powered by: IPOTNEWS.COM